Karbon Aktif untuk Tambang Emas
Karbon Aktif untuk Tambang Emas - Karbon aktif banyak digunakan dalam proses sianidasi pada skala industri pertambangan emas besar maupun pertambangan emas rakyat di Indonesia, khususnya pengolahan emas dengan Metode Carbon In Pulp (CIP).
Mengolah emas dengan Metode CIP pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951, namun baru populer pada tahun 1973 setelah metode ini dipakai di Lead, Dakota Selatan, USA. Kemudian menyebar luas ke negara-negara Andino (negara-negara yang terletak di kawasan pegunungan Alpen) seperti Peru, Chili, Equador, Columbia, Venezuela dan menyebrang ke beberapa negara Afrika.
Di Asia, penggunaan metode ini secara kecil dimulai di Filipina awal tahun 1980 an yang kemudian diadopsi di Indonesia (Sulawesi Utara) sekitar akhir tahun 1999.
Mengolah emas dengan metode CIP didasarkan kenyataaan bahwa emas dapat membentuk senyawa kompleks dengan sianida. Proses tahap awalnya, emas yang masih berupa ore (bijih) ditambang pada suatu lokasi penambangan. Ore tersebut selanjutnya dihancurkan hingga halus kemudian dicampur dengan air (disebut pulp). Pulp lalu dimasukan ke dalam tangki agitator, dan ditambahkan sianida ke dalamnya.
Sianida inilah yang akan membentuk senyawa kompleks emas sianida yang nantinya akan diserap oleh karbon aktif.
Karbon aktif yang dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa, maupun arang kayu atau batu bara. Yang paling banyak dipakai adalah karbon aktif granular dari arang batok kelapa. Untuk kualitas baik, setiap kg karbon aktif memiliki daya adsorbsi emas hingga 8-16 gram, namun kualitas karbon aktif yang tersedia dipasaran rata-rata hanya mampu mengadsorpsi berkisar 2-5 gram emas untuk setiap kg-nya.
Silahkan hubungi kami untuk mendiskusikan kebutuhan Karbon Aktif Anda. (Karbon Aktif)
Mengolah emas dengan Metode CIP pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951, namun baru populer pada tahun 1973 setelah metode ini dipakai di Lead, Dakota Selatan, USA. Kemudian menyebar luas ke negara-negara Andino (negara-negara yang terletak di kawasan pegunungan Alpen) seperti Peru, Chili, Equador, Columbia, Venezuela dan menyebrang ke beberapa negara Afrika.
Di Asia, penggunaan metode ini secara kecil dimulai di Filipina awal tahun 1980 an yang kemudian diadopsi di Indonesia (Sulawesi Utara) sekitar akhir tahun 1999.
Mengolah emas dengan metode CIP didasarkan kenyataaan bahwa emas dapat membentuk senyawa kompleks dengan sianida. Proses tahap awalnya, emas yang masih berupa ore (bijih) ditambang pada suatu lokasi penambangan. Ore tersebut selanjutnya dihancurkan hingga halus kemudian dicampur dengan air (disebut pulp). Pulp lalu dimasukan ke dalam tangki agitator, dan ditambahkan sianida ke dalamnya.
Sianida inilah yang akan membentuk senyawa kompleks emas sianida yang nantinya akan diserap oleh karbon aktif.
Karbon aktif yang dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa, maupun arang kayu atau batu bara. Yang paling banyak dipakai adalah karbon aktif granular dari arang batok kelapa. Untuk kualitas baik, setiap kg karbon aktif memiliki daya adsorbsi emas hingga 8-16 gram, namun kualitas karbon aktif yang tersedia dipasaran rata-rata hanya mampu mengadsorpsi berkisar 2-5 gram emas untuk setiap kg-nya.
Silahkan hubungi kami untuk mendiskusikan kebutuhan Karbon Aktif Anda. (Karbon Aktif)
0 komentar: